SEJARAH
DESA PENAI KECAMATAN SILAT HILIR KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN
BARAT INDONESIA.
Penai
Kata penai ini berasal dari sebuah
nama sungai, dimana sungai ini merupakan cabangan dari sungai kapuas atau biasa juga di
sebut sebagai anak sungai dan dimana sungai kapuas ini merupakan sungai
terpanjang di pulau kalimantan sekaligus menjadi sungai terpanjang di indonesia
dengan panjang mencapai 1.143 km. Nama sungai kapuas di ambil dari nama daerah
kapuas (sekarang kapuas hulu) sehingga nama sungai yang mengalir dari Kapuas
Hulu hingga muaranya di sebut sungai kapuas.
Penai adalah desa kecil yang
terdiri dari 2 tanjung yaitu : tanjung hilir dan tanjung hulu. Tanjung hulu biasa disebut sebagai
Penai Hulu dan tanjung hilir biasa disebut Penai hilir. Penai kira-kira terdiri
dari 300 kaka dan sekitar 837 jiwa yang sebagian besar atau mayoritas suku
chines. Desa penai ini tidak termasuk desa yang terpencil di karena kan desa
ini mempunyai letak yang strategis dan tidak terlalu jauh dari pusat keramaian
misalnya seperti dari kecamatannya Silat Hilir. Desa Penai ini bukan lah desa
yang terlalu berpolusi meskipun dekat dengan jalan raya, di karenakan penduduk
desa yang tetap ingin menjaga penghijauan di desa nya namun, desa penai ini
memiliki keunikan dari desa-desa lain, dimana di tengah-tengah desa tepatnya di
antara rumah warga terdapat sebuah danau dan di tengah-tengah danau ini ada
sebuah pulau kecil yang kira-kira memiliki
panjang sampai 20 meter persegi.
Pulau kecil ini lebih di kenal
dengan nama Pulau Bergerak. Mengapa bisa dikatakan demikian ? Jika mendengar dari namanya
tentu kita merasa ada yang aneh dari pulau kecil tersebut. Pulau ini sudah ada
sejak ribuan tahun lalu, menurut cerita para penduduk setempat pulau kecil ini
bukan lah pulau sembarang pulau. Dimana pulau ini benar-benar bisa bergerak
dalam arti berpindah-pindah tempat dan konon katanya, pulau ini ada penunggunya
sebagian masyarakat setempat masih mempercayai hal ini namun, ada juga yang
menganggap hal ini sebagai mitos belaka atau hanyalah tahayul yang sengaja di
buat dan di karang-karang oleh penduduk setempat. Biasanya pada setiap tiga
tahun sekali di lakukan acara pemujaan namun bukan berarti tidak mempercayai
Sang Pencipta hanya saja hal ini sudah menjadi tradisis atau
kebiasaan dari nenek
moyang, agar terhindar
dari gangguan-gangguan dari pulau nergerak tersebut. Pada setiap sekali dalam
tiga tahun akan di laksanakan acara pemujaan pulau tersebut, maka akan ada
banyak orang berdatangan untuk menyaksikan bahkan sekaligus mengikuti acara
tersebut karna merasa sangat penasaran dengan apa yang di maksud sebagai pulau
bergerak yang terletak di tengah-tengah danau dan danau ini terletak pula di
tengah-tengah desa nya. Namun, bukan hanya pulau bergerak tadi yang ada di desa
Penai ada juga yang sebuah kolam yang menjadi tempat favorit bagi orang-orang
pendatang dan mereka sengaja berkunjung ke desa Penai demi ingin melihat kolam
tersebut. kolam ini lebih di kenal penduduk setempat dengan nama Kolam Biru.
Kolam biru ini terletak di tengah-tengah tanjung penai hulu dan tanjung penai
hilir. Mendengar dari namanya,
tentu kita sudah bisa tahu bahwa air di kolam ini berwarna biru, warna air
kolam ini bisa berwarna biru bukan karena warna buatan namun bersumber dari
mata airnya sendiri. Kolam Biru ini bersebelahan dengan sebuah kolam tepatnya
di seberang jalannya kira-kira berjarak sekitar 2 meter dari Kolam Biru yang
konon
juga katanya kolam
ini agak sedikit angker.
Selain Pulau Bergerak dan Kolam Biru tadi, ada juga
suatu tempat yang merupakan tempat tongkrongannya
para anak muda, tempat ini bernama Pasir Kuning. Di Pasir Kuning terdapat
beberapa kolam-kolam
kecil yang menjadi saksi bisu akan keindahan yang tergambarkan dari Pasir
Kuning tersebut. Pasir Kuning ini terletak agak sedikit jauh dari pemukiman
warga namun, meskipun demikian
Pasir Kuning ini tidak pernah sepi di karenakan banyak yang meminati tempat
yang satu ini. Beralih dari tempat-tempat rekreasi yang
terdapat di desa Penai, ada juga sebuah bukit yang di namakan sebagai Bukit
Penai. Bukit ini berseberangan dengan desa Penai dan bukit ini di kelilingi
oleh sebuah desa kecil yang mana desa ini bernama desa Tanjung Keliling. Desa
ini bisa di sebut sebagai Tanjung Keliling di karenakan dari ujung ke ujung
desa ini nyaris mengelilingi Bukit Penai tersebut. Bukit Penai ini biasanya di
jadikan sebagai tempat perkemahan bagi orang-orang pecinta alam untuk berlatih lagi menguji
fisik
dan mental mereka.
Karena sebagian masyarakat di desa
Penai bersuku Chines, maka pada setiap perayaan tahun baru Cina (Imlek),
penduduk merayakannya dengan penuh kehebohan dan kemewahan dimana pada malam
tanggal 1 di lanjut kan sampai tanggal 3 akan di adakan acara yang biasa kami
sebut dengan pesta hujan kembang api dan di lakukan dari sekitar pukul 20.30
WIB – 01.00 WIB yang di lakukan selama tiga malam berturut-turut untuk
memeriahkan perayaan tahun baru cina (Imlek) tersebut. Tidak hanya memeriahkan
perayaan tahun baru cina (Imlek) penduduk desa Penai juga biasa merayakan
perayaan Cap Gomeh namun, biasanya perayaan ini tidak terlalu semewah dan
semeriah pada perayaan tahun baru cina (Imlek). Perayaan Cap Gomeh ini biasa
juga di sebut dengan perayaan tambal langit, karena biasanya pada bulan-bulan
setelah perayaan tahun baru cina (Imlek) berlangsung maka akan tiba musim hujan
dan suku chines mempercayai jika perayaan tambal langit (Cap Gomeh) telah di
laksanakan, maka musim hujan akan segera berakhir.
Penduduk desa Penai
mayoritas nya berpenghasilan dari sawit,tambang emas, dan membudidayakan ikan
arwana. Penduduk desa Penai bermayoritaskan menganut agama Katolik meskipun
demikian ada juga sebagian penduduk yang menganut agama Protestan dan agama
Budha. Meskipun demikian, penduduk desa Penai selalu hidup rukun, damai,
tentram, dan selalu bersikap toleransi terhadap umat beragama lain. Berbicara
tentang agama Budha, di desa Penai terdapat sebuah gedung bekas viara tempat
umat beragama Budha melaksanakan ibadah mereka yang terletak di simpang tiga
yang tidak terlalu jauh dari gereja Katolik dan yang konon katanya bekas viara
ini memiliki kisah-kisah berbau mistis yang dimana menurut penduduk sekitar
bekas viara ini di huni oleh
mahluk-mahluk halus. Menurut warga kisah ini bukanlah mitos belaka karena
penduduk sekitar sering sekali melihat kenampakan sosok mahluk halus dan
mendengar suara-suara yang cukup bisa membuat bulu kuduk merinding bila
melewati bekas viara tersebut. Penduduk sekitar tidak terlalu menganggap aneh
dengan apa saja peristiwa yang sering terjadi di bekas viara tersebut di
karenakan sekarang sudah ada viara yang baru yang terletak tidak terlalu jauh dari Kolam Biru dan viara
yang lama menjadi terbengkalai dalam arti tidak terawat atau terurus lagi. Desa
Penai ini adalah salah satu dari beberapa desa seperti :Seberu, Sejiram, Salat,
Sangkan, Tepuai dan masih banyak desa lainnya yang ada di kabupaten kapuas
hulu.
1 komentar :
semoga sejarahnya dapat dikenang masyarakat setempat.
Posting Komentar