BLOGGER TEMPLATES AND Twitter Backgrounds »

Senin, 14 November 2016

SEJARAH DESA PENAI KECAMATAN SILAT HILIR KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT INDONESIA. TUGAS D7



SEJARAH DESA PENAI KECAMATAN SILAT HILIR KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT INDONESIA.
Penai
            Kata penai ini berasal dari sebuah nama sungai, dimana sungai ini merupakan cabangan dari sungai kapuas atau biasa juga di sebut sebagai anak sungai dan dimana sungai kapuas ini merupakan sungai terpanjang di pulau kalimantan sekaligus menjadi sungai terpanjang di indonesia dengan panjang mencapai 1.143 km. Nama sungai kapuas di ambil dari nama daerah kapuas (sekarang kapuas hulu) sehingga nama sungai yang mengalir dari Kapuas Hulu hingga muaranya di sebut sungai kapuas.
                Penai adalah desa kecil yang terdiri dari 2 tanjung yaitu : tanjung hilir dan tanjung hulu. Tanjung hulu biasa disebut sebagai Penai Hulu dan tanjung hilir biasa disebut Penai hilir. Penai kira-kira terdiri dari 300 kaka dan sekitar 837 jiwa yang sebagian besar atau mayoritas suku chines. Desa penai ini tidak termasuk desa yang terpencil di karena kan desa ini mempunyai letak yang strategis dan tidak terlalu jauh dari pusat keramaian misalnya seperti dari kecamatannya Silat Hilir. Desa Penai ini bukan lah desa yang terlalu berpolusi meskipun dekat dengan jalan raya, di karenakan penduduk desa yang tetap ingin menjaga penghijauan di desa nya namun, desa penai ini memiliki keunikan dari desa-desa lain, dimana di tengah-tengah desa tepatnya di antara rumah warga terdapat sebuah danau dan di tengah-tengah danau ini ada sebuah pulau kecil yang kira-kira memiliki panjang sampai 20 meter persegi.
                Pulau kecil ini lebih di kenal dengan nama Pulau Bergerak. Mengapa bisa dikatakan demikian ? Jika mendengar dari namanya tentu kita merasa ada yang aneh dari pulau kecil tersebut. Pulau ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu, menurut cerita para penduduk setempat pulau kecil ini bukan lah pulau sembarang pulau. Dimana pulau ini benar-benar bisa bergerak dalam arti berpindah-pindah tempat dan konon katanya, pulau ini ada penunggunya sebagian masyarakat setempat masih mempercayai hal ini namun, ada juga yang menganggap hal ini sebagai mitos belaka atau hanyalah tahayul yang sengaja di buat dan di karang-karang oleh penduduk setempat. Biasanya pada setiap tiga tahun sekali di lakukan acara pemujaan namun bukan berarti tidak mempercayai Sang Pencipta hanya saja hal ini sudah menjadi tradisis atau kebiasaan dari nenek moyang, agar terhindar dari gangguan-gangguan dari pulau nergerak tersebut. Pada setiap sekali dalam tiga tahun akan di laksanakan acara pemujaan pulau tersebut, maka akan ada banyak orang berdatangan untuk menyaksikan bahkan sekaligus mengikuti acara tersebut karna merasa sangat penasaran dengan apa yang di maksud sebagai pulau bergerak yang terletak di tengah-tengah danau dan danau ini terletak pula di tengah-tengah desa nya. Namun, bukan hanya pulau bergerak tadi yang ada di desa Penai ada juga yang sebuah kolam yang menjadi tempat favorit bagi orang-orang pendatang dan mereka sengaja berkunjung ke desa Penai demi ingin melihat kolam tersebut. kolam ini lebih di kenal penduduk setempat dengan nama Kolam Biru. Kolam biru ini terletak di tengah-tengah tanjung penai hulu dan tanjung penai hilir. Mendengar dari namanya, tentu kita sudah bisa tahu bahwa air di kolam ini berwarna biru, warna air kolam ini bisa berwarna biru bukan karena warna buatan namun bersumber dari mata airnya sendiri. Kolam Biru ini bersebelahan dengan sebuah kolam tepatnya di seberang jalannya kira-kira berjarak sekitar 2 meter dari Kolam Biru yang konon juga katanya kolam ini agak sedikit angker.
            Selain Pulau Bergerak dan Kolam Biru tadi, ada juga suatu tempat yang merupakan tempat tongkrongannya para anak muda, tempat ini bernama Pasir Kuning. Di Pasir Kuning terdapat beberapa kolam-kolam kecil yang menjadi saksi bisu akan keindahan yang tergambarkan dari Pasir Kuning tersebut. Pasir Kuning ini terletak agak sedikit jauh dari pemukiman warga namun, meskipun demikian Pasir Kuning ini tidak pernah sepi di karenakan banyak yang meminati tempat yang satu ini.   Beralih dari tempat-tempat rekreasi yang terdapat di desa Penai, ada juga sebuah bukit yang di namakan sebagai Bukit Penai. Bukit ini berseberangan dengan desa Penai dan bukit ini di kelilingi oleh sebuah desa kecil yang mana desa ini bernama desa Tanjung Keliling. Desa ini bisa di sebut sebagai Tanjung Keliling di karenakan dari ujung ke ujung desa ini nyaris mengelilingi Bukit Penai tersebut. Bukit Penai ini biasanya di jadikan sebagai tempat perkemahan bagi orang-orang pecinta alam untuk berlatih lagi menguji fisik dan mental mereka.
                Karena sebagian masyarakat di desa Penai bersuku Chines, maka pada setiap perayaan tahun baru Cina (Imlek), penduduk merayakannya dengan penuh kehebohan dan kemewahan dimana pada malam tanggal 1 di lanjut kan sampai tanggal 3 akan di adakan acara yang biasa kami sebut dengan pesta hujan kembang api dan di lakukan dari sekitar pukul 20.30 WIB – 01.00 WIB yang di lakukan selama tiga malam berturut-turut untuk memeriahkan perayaan tahun baru cina (Imlek) tersebut. Tidak hanya memeriahkan perayaan tahun baru cina (Imlek) penduduk desa Penai juga biasa merayakan perayaan Cap Gomeh namun, biasanya perayaan ini tidak terlalu semewah dan semeriah pada perayaan tahun baru cina (Imlek). Perayaan Cap Gomeh ini biasa juga di sebut dengan perayaan tambal langit, karena biasanya pada bulan-bulan setelah perayaan tahun baru cina (Imlek) berlangsung maka akan tiba musim hujan dan suku chines mempercayai jika perayaan tambal langit (Cap Gomeh) telah di laksanakan, maka musim hujan akan segera berakhir.
            Penduduk desa Penai mayoritas nya berpenghasilan dari sawit,tambang emas, dan membudidayakan ikan arwana. Penduduk desa Penai bermayoritaskan menganut agama Katolik meskipun demikian ada juga sebagian penduduk yang menganut agama Protestan dan agama Budha. Meskipun demikian, penduduk desa Penai selalu hidup rukun, damai, tentram, dan selalu bersikap toleransi terhadap umat beragama lain. Berbicara tentang agama Budha, di desa Penai terdapat sebuah gedung bekas viara tempat umat beragama Budha melaksanakan ibadah mereka yang terletak di simpang tiga yang tidak terlalu jauh dari gereja Katolik dan yang konon katanya bekas viara ini memiliki kisah-kisah berbau mistis yang dimana menurut penduduk sekitar bekas viara ini di huni oleh mahluk-mahluk halus. Menurut warga kisah ini bukanlah mitos belaka karena penduduk sekitar sering sekali melihat kenampakan sosok mahluk halus dan mendengar suara-suara yang cukup bisa membuat bulu kuduk merinding bila melewati bekas viara tersebut. Penduduk sekitar tidak terlalu menganggap aneh dengan apa saja peristiwa yang sering terjadi di bekas viara tersebut di karenakan sekarang sudah ada viara yang baru yang terletak tidak terlalu jauh dari Kolam Biru dan viara yang lama menjadi terbengkalai dalam arti tidak terawat atau terurus lagi. Desa Penai ini adalah salah satu dari beberapa desa seperti :Seberu, Sejiram, Salat, Sangkan, Tepuai dan masih banyak desa lainnya yang ada di kabupaten kapuas hulu.
            Desa Penai ini memiliki masyarakat yang yang tingkat solidaritas nya sangat tinggi meskipun masyarakt nya terdiri dari suku, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda. Penduduk desa Penai yang terdiri dari masyarakat yang bersuku chines dan dayak Sebaruk ini selalu di identik kan dengan ada nya suatu perayaan yang biasanya di kenal dengan malam keakraban, yang dimana malam ini seluruh masyarakat desa Penai hatrus berkumpul di suatu tempat yang telah di tentukan oleh pengurus-pengurus desa atau kepala adat desa Penai ini dan biasanya tempat yang biasanya di gunakan menjadi tempat keakraban adalah di jalan simpang tiga tepat nya di lapangan gedung Serba Guna. Puncak atau inti dari malam keakraban ini adalah pemersatuan antara suku, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda yaitu antara suku chines dan suku dayak Sebaruk, yang dimana suku dayak sebaruk ini sebagian besar menggunakan bahasa nya sendiri yaitu bahasa ibu, bahasa dayak sebaruk. Malam puncak keakraban ini sudah ke ketahui atau sudah di kenal banyak orang seperti beberapa masyarakat yang mendiami desa-desa di sekitaran desa Penai sehingga, tidak heran bila sudah mendekati acara malam puncak keakraban ini desa Penai selalu di padati oleh banyaknya orang yang berdatangan dengan tujuan ingin menyaksikan acara bmalam puncak keakraban ini. Bahkan, ada juga sebagian dari masyarakat yang bukan merupakan penduduk asal desa Penai ini yang sekaligus ikut bergabung  atau mengikuti acara malam keakraban tersebut.
            Malam puncak keakraban tersebut biasanya di adakan atau di lakukan pada masa berlangsung nya pemanenean padi yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan yang sering di lakukan oleh penduduk atau masyarakat bersuku dayak dari nenek moyang sampai sekarang yang dimana tradisi atau kebiasaan ini merupakan tradisi yang sudah melekat pada diri orang yang bersuku dayak, terutama bagi masyarakat dayak Sebaruk yang mendiami desa Penai. Masa pemanenan di desa Penai ini biasanya berlangsung atau di lakukan pada bulan april sampai bulan juni awal.Mengenai sejarah desa Penai yang berkaitan dengan sejarah bukit Penai ini menurut cerita nya bukit Penai ini ada kaitan nya dengan sejarah bukit kelam, bukit Kelam yang banyak di kenal sewbagai batu terbesar di di kalimantan dan sekaligus merupakan batu terbesar ke dua di indonesia. Bukit kelam ini yang menurut cerita merupakan serpihan dari bukit penai atau dalam kata lain bukit Kelam ini berasal dari desa Penai yang dimana desa Penai ini merupakan desa atau tanah kelahiran ku, desa yang selalu menjadi kebanggaan ku dan desa yang selalu aku rindukaN DIMANA PUN AKU BERADA. Bukit kelam ini yang terletak di kelam permai kalimantan barat indonesia, yang dimana bukit Kelam ini lebih kenal banyak orang senagai tempat wisata Kelam yang biasanya di gunakan sebagai tempat ziarah bagi umat beragama nasrani. Selain upacara-upacara seperti malam puncak keakraban, perayaan tahun baru cina (imlek), perayaan cap go, perayaan pemujaan pulau Bergerak, desa Penai juga memiliki upacara pernikahan dan upacara kematian yang mungkin memiliki ciri khas yang berbeda dari desa-desa lain terytama desa-desa yang berada di sekitar desa Penai seperti desa Beran dan desa Tanjung Keliling. Upacara pernikahan nya berupa upacara yang sederhana dalam arti tidak terlalu rumit dalam urusan nya namun ada syarat yang tidak boleh di langgar oleh kedua mempelai yaitu jika ypacara pernikahannya sudah berlangsung atau sudah selesai, kedua mempelai ini tidak boleh melakukan mandi di sungai dan bila syarat itu sampai di lakukan atau di langgar, maka biasanya akan di tandai dengan turunnya hujan yang sangat lebat karewna di sebabkan oleh banyaknya alat-alat yang di gunakan salah satunya seperti gong tua yang hanya di keluarkan atau di gunakan pada acara upacara besar contohnya upacara pernikahan yang di nyatakan resmi atau sah menurut kepala adat desa Penai.
            Membahas tentang upacara kematian yang ada di desa Penai ini terutama bagi penduduk atau masyarakat yang bersuku chines memiliki upacara kematian bagi penduduki atau masyarakat yang bersuku dayak Sebaruk. Masyarakat atau penduduk chines ini biasanya ada hari-hari tertentu harus menggunakan warna baju tertentu selama masih dalam masa berkabung dan biasanya warna yang di gunakan merupakan baju berwarna merah, selain warna baju biasanya makanan pun di tentukan atau ada pantangan nya dalam arti ada makanan yang belum boleh di konsumsi selama dalam masa berkabung. Selain warna baju dan makanan nya, biasanya masyarakat atau penduduk bersusku chines ini menggunakan atau menggantung lampion tapi berbeda dengan lampion pada masa perayaan tahun baru cina (imlek) atau pada masa perayaan cap go. Lampion yang biasa nya di gunakan adalah lampion berwarna putih yang di gantung di depan pintu masuk rumah dan warna putih ini menandakan bahwa penghuni rumah tersebut masih dalam masa berkabung atau masih dalam masa pantang setelah ada salah seorang yang mendiami rumah tersebut ada yang meninggal, biasanya masa berkabung atau masa pantang mereka berlangsung selama tiga hari sampai satu minggu.. Upacara kematian penduduk atau masyarakat yang bersuku chines ini berbeda dengan masyarakat atau penduduk yang bersuku dayak, karena untuk masyarakat atau penduduk yang bersuku dayak ini tidak sebegitu rumit seperti masyarakat atau penduduk yang bersuku chines. M    eskipun tidak terlalu rumit dan tidak  terlalu banyak syarat atau pantangan seperti apa yang di lakukan oleh masyarakat atau penduduk yang bersuku chines, masyarakat atau penduduk yang bersuku dayak juga memiliki syarat dan pantangan yang tentunya tidak boleh di lakukan atau di langgar oleh mereka yang masih dalam masa berkabung setelah ada salah seorang yang meninggal dunia dalam sebuah rumah. Mereka tidak di wajibkan menggunakan baju berwarna khusus seperti pada masyarakat bersuku chines namun, mereka tepatnya masyarakat bersuku dayak ini juga memiliki makanan yang merupakan makanan pantangan atau makanan yang tidak boleh di makan atau di konsumsi selama masa berkabung setelah ada salah seorang yang meninggal dalam sebuah rumah dan biasanya masa berkabung atau masa pantangan ini berlangsung selama tiga hari sampai satu minggu juga seperti hari atau masa pantangan yang harus di lakukan atau di jalani oleh masyarakat atau penduduk yang bersuku chines. Selain masa pantangan atau masa berkabung pada masyarakat atau penduduk yang bersuku chines, ada lagi kegiatan yang biasa mereka lakukan yaitu kegiatan berupa berenang menyeberangi sungai kapuas namun, kegiatan ini hanya bisa di lakukan bagi anak yang berusia lima belas tahun ke atau dan biasanya kegiatan ini di lakukan pada pertengahan bulan mei.

7 komentar :

Veronika mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

bagus cerita nya ga

Megawati mengatakan...

Terimakasih.

Feri_banuaka mengatakan...

bagusss tingkatkan

rani andriani mengatakan...

menarik ceritanya

Veronika mengatakan...

Menarik ceritanya, bisalah nanti main k kampung ega

Veronika mengatakan...

Menarik ceritanya, bisalah nanti main k kampung ega